![]() |
Seminar Nasional ISEI Cabang Manado di Kantor Perwakilan BI Sulut (Foto: Istimewa) |
MANADO, indinews.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan harga di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada Juli 2025 mengalami inflasi 2,04 persen secara tahunan (year on year), masih berada dalam rentang sasaran.
Secara bulanan, inflasi tercatat 0,21 persen (month to month), dipicu kenaikan harga beras akibat kendala pengeringan gabah di tengah curah hujan tinggi.
Sementara itu, harga daging babi menjadi salah satu penahan inflasi berkat stok yang terjaga di tingkat pedagang dan peternak. Angkutan udara juga berkontribusi menahan inflasi seiring pembukaan rute baru oleh maskapai low cost carrier Jakarta–Manado.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Joko Supratikto, mengatakan pihaknya terus mengintensifkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai wujud sinergi BI, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas harga pangan.
“Strategi koordinasi di daerah terus diperkuat melalui pendekatan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” ujar Joko dalam Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Manado di Kantor Perwakilan BI Sulut, Kamis (14/8/2025).
Menurut Joko, upaya menjaga keterjangkauan harga dilakukan lewat Gerakan Pasar Murah (GPM) dan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) berupa subsidi ongkos transportasi secara sistematis.
Untuk memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan, pihaknya juga menggalang kerja sama antar daerah (KAD) baik antar kabupaten/kota di Sulut maupun lintas provinsi.
“Sebagai bagian dari komunikasi efektif, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan kabupaten/kota di Sulut rutin menggelar High Level Meeting untuk membahas isu strategis pengendalian inflasi, sekaligus melakukan capacity building bagi TPID se-Sulawesi Utara,” tutupnya.
(sab)