![]() |
| Gold Analyst, Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kantor Wilayah V Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua (Foto: Istimewa) |
MANADO, indinews.id - Pergerakan harga emas sepanjang 2026 diperkirakan masih akan sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan geopolitik global. Pandangan tersebut disampaikan Gold Analyst, Pratikno, dalam kajian pribadinya mengenai prospek harga emas tahun depan.
Menurut Pratikno, arah pergerakan harga emas tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor utama global, di antaranya kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), perkembangan geopolitik internasional, serta pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Kajian tersebut disusun berdasarkan telaah berbagai referensi terbuka, termasuk laporan Gold Outlook 2026 yang dirilis World Gold Council (WGC), publikasi lembaga keuangan internasional, serta pandangan analis dan pakar investasi global.
Ia menjelaskan, di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas masih kerap dipertimbangkan sebagai instrumen lindung nilai (safe haven) oleh sebagian investor.
Meski demikian, Pratikno menegaskan bahwa analisis yang disampaikannya bersifat independen dan tidak mewakili pernyataan resmi institusi atau korporasi tertentu.
Analisis ini disusun dari berbagai referensi terbuka, antara lain laporan World Gold Council, kebijakan moneter Federal Reserve, data makroekonomi global dari IMF dan Bank Dunia, pergerakan harga emas internasional, indeks dolar AS, imbal hasil obligasi pemerintah AS, serta kajian para analis pasar.
"Proyeksi harga bukan kepastian, melainkan gambaran kemungkinan yang dapat berubah seiring perkembangan situasi global,” ujar Pratikno, Senin (15/12/2025).
Berdasarkan kajian tersebut, Pratikno memetakan tiga skenario utama yang berpotensi memengaruhi pergerakan harga emas sepanjang 2026.
Skenario pertama adalah A Shallow Slip atau kenaikan moderat di kisaran 5–15 persen, yang berpotensi terjadi apabila perekonomian global melemah secara moderat dan The Fed mulai menurunkan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi pasar.
Dalam kondisi tersebut, minat terhadap aset lindung nilai cenderung meningkat secara bertahap.
Skenario kedua, The Doom Loop, menggambarkan potensi kenaikan tajam harga emas di kisaran 15–30 persen. Skenario ini dapat terwujud apabila dunia menghadapi perlambatan ekonomi yang lebih dalam, disertai meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Situasi tersebut umumnya mendorong investor beralih ke aset aman, sementara kebijakan moneter cenderung lebih longgar.
Sementara itu, skenario ketiga, Reflation Return, menggambarkan kemungkinan penurunan harga emas di kisaran 5–20 persen.
Kondisi ini dapat terjadi apabila pemulihan ekonomi global berlangsung kuat, inflasi terkendali, dan dolar Amerika Serikat menguat, sehingga mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat dan meningkatkan tekanan jual terhadap emas.
Di luar ketiga skenario tersebut, Pratikno juga menilai terdapat peluang harga emas bergerak relatif stabil dalam rentang terbatas, khususnya apabila tidak terjadi guncangan besar pada sektor moneter maupun geopolitik global.
Dalam konteks perencanaan keuangan, Pratikno menekankan pentingnya peningkatan literasi investasi agar masyarakat mampu memahami risiko dan peluang secara lebih seimbang.
Ia menilai pemanfaatan layanan keuangan berbasis digital dapat menjadi sarana pendukung dalam mengelola investasi emas secara lebih terukur.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, akses investasi emas kini semakin luas melalui berbagai platform digital, salah satunya aplikasi Tring! by Pegadaian.
Aplikasi keuangan digital terintegrasi ini memungkinkan masyarakat berinvestasi emas secara praktis tanpa harus datang langsung ke outlet.
Melalui Tring!, masyarakat dapat memulai investasi emas dengan nominal relatif terjangkau, memantau harga emas secara real-time, serta mengelola transaksi secara fleksibel.
Fitur yang tersedia meliputi Tabungan Emas, Cicil Emas untuk kepemilikan emas batangan dan digital atau Deposito Emas, serta Gadai Tabungan Emas sebagai solusi pembiayaan tanpa harus menjual aset.
Menurut Pratikno, kemudahan akses dan transparansi harga menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Ia menilai layanan digital relevan bagi masyarakat yang ingin membangun kepemilikan emas secara terencana dan sesuai kemampuan finansial.
Diketahui, aplikasi Tring! by Pegadaian telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta menyediakan layanan konvensional dan syariah.
Sebagai penutup, Pratikno mengingatkan bahwa setiap keputusan investasi perlu disesuaikan dengan tujuan keuangan dan profil risiko masing-masing individu.
(sab)
