![]() |
Kepala Perwakilan BI Sulut, Joko Supratikto, saat menyampaikan strategi pengendalian inflasi kepada awak media (Foto indinews/Subhan) |
MANADO, indinews.id - Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Joko Supratikto, menegaskan pentingnya memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga pangan di tengah dinamika inflasi yang terus berkembang.
Penegasan ini disampaikan Joko dalam kegiatan Sinergi dan Jalin Kolaborasi Bersama Media (Senja) yang digelar pada Senin (28/7/2025). Menurutnya, pengendalian inflasi saat ini harus dilakukan secara menyeluruh, kolaboratif, dan proaktif.
“Sinergi pusat dan daerah sangat krusial untuk menjaga keterjangkauan harga pangan,” ujar Joko, Senin (28/7/2025).
Ia menjelaskan, Bank Indonesia menetapkan tiga langkah strategis utama sebagai fokus pengendalian inflasi tahun 2025. Pertama, menjaga inflasi nasional agar tetap berada dalam sasaran 2,5 ± 1 persen guna mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.
Kedua, menekan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) agar tetap dalam kisaran 3,0 hingga 5,0 persen. Ketiga, memperkuat koordinasi lintas sektor dengan menyusun dan mengimplementasikan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025–2027.
Langkah-langkah tersebut, lanjut Joko, juga menyasar kestabilan harga menjelang momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yang kerap diikuti oleh peningkatan permintaan bahan pokok.
Selain menjaga stabilitas harga, BI bersama pemerintah daerah akan berupaya meningkatkan produktivitas pangan guna menjamin ketersediaan pasokan secara merata antar waktu dan wilayah.
Distribusi antar wilayah yang lancar, serta data pangan yang akurat dan andal, juga menjadi faktor penting dalam menciptakan efisiensi pasar dan pengendalian inflasi yang efektif.
Lebih lanjut, Joko memaparkan implementasi strategi 4K yang terus diperkuat oleh BI. Pertama, keterjangkauan harga melalui optimalisasi operasi pasar dan fasilitasi distribusi pangan.
Kedua, ketersediaan pasokan melalui kerja sama antar daerah, peningkatan pemanfaatan alat dan sarana pertanian (alsintan), gerakan tanam cabai, replikasi praktik terbaik klaster pangan, serta pemanfaatan pupuk.
Ketiga, kelancaran distribusi yang didorong oleh penguatan infrastruktur logistik, digitalisasi rantai pasok, serta pemantauan distribusi yang menyeluruh. Keempat, komunikasi efektif yang mencakup edukasi publik, diversifikasi konsumsi pangan, dan pengendalian ekspektasi melalui penguatan koordinasi kelembagaan.
“Komunikasi publik yang tepat akan membantu membentuk ekspektasi masyarakat agar tetap rasional dan tidak panik terhadap dinamika harga,” tegas Joko.
Dengan strategi yang terstruktur dan koordinasi yang kuat, Bank Indonesia optimistis upaya pengendalian inflasi di tahun 2025 akan semakin terarah, dan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi ketahanan ekonomi daerah maupun nasional.
(sab)