JAKARTA, indinews.id - Telkomsel melalui inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel Jaga Bumi kembali mengambil peran dalam upaya pengurangan dampak perubahan iklim.
Kali ini, Telkomsel berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia dalam Gerakan Wisata Bersih (GWB) di dua lokasi strategis: Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dan Pantai Karangria, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Program ini merupakan bagian dari penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang berkelanjutan di setiap proses bisnis Telkomsel.
GWB yang digagas Kemenpar bertujuan memperkuat tata kelola destinasi wisata yang bersih, sehat, dan berkelanjutan melalui kolaborasi lintas sektor. Gerakan ini menitikberatkan pada edukasi lingkungan, penguatan kesadaran masyarakat, serta pengelolaan sampah terpadu.
Di Pulau Penyengat, aksi bersih-bersih massal yang melibatkan karyawan Telkomsel sebagai relawan berhasil mengumpulkan 2 ton sampah, yang selanjutnya diproses di TPS3R dan diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang.
Sementara di Pantai Karangria, terkumpul 2,5 ton sampah yang dipilah menjadi organik, anorganik, dan residu, lalu dibawa ke TPS3R Cempaka dan TPA Sumompo.
Selain aksi bersih-bersih, Telkomsel juga membagikan produk hasil daur ulang limbah sim card berupa phone holder, tempat sampah, dan pot tanaman kepada masyarakat, serta memamerkan produk ramah lingkungan berbasis limbah plastik.
Kepada Telkomsel, Menteri Pariwisata RI, Widiyanti Putri Wardhana mengapresiasi peran Telkomsel melalui inisiatif Telkomsel Jaga Bumi yang konsisten menghadirkan kontribusi nyata dan inovatif, sehingga menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya dalam mendukung keberlanjutan pariwisata Indonesia.
"Gerakan Wisata Bersih merupakan manifestasi konkret dari komitmen kami bersama lintas sektor dalam mendukung regenerative tourism," ujar Menpar, Senin (11/8/2025).
Gerakan ini kata dia lahir dari paradigma baru pembangunan pariwisata, yakni Sustainable Tourism dan Regenerative Tourism, yang menekankan pengelolaan destinasi secara terintegrasi dengan pelestarian budaya dan lingkungan untuk generasi mendatang.
"Lewat aksi nyata dan edukasi lingkungan, GWB menyatukan wisatawan, pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah dalam semangat kolaboratif untuk menciptakan destinasi yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga lestari, inklusif, dan berdaya saing tinggi,” tuturnya.
Direktur Human Capital Management Telkomsel, Indrawan, menegaskan keterlibatan Telkomsel dalam Gerakan Wisata Bersih adalah wujud dari komitmen kami untuk menjadi bagian dari solusi bersama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperkuat ekosistem pariwisata Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.
"Kami percaya bahwa tanggung jawab sosial perusahaan harus berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat serta pelestarian budaya dan alam," ujarnya.
Bersama Kementerian Pariwisata, Telkomsel berupaya menciptakan dampak positif yang menyeluruh mulai dari keikutsertaan karyawan kami sebagai volunteer hingga ragam upaya lain—bukan hanya bagi hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.
"Partisipasi kami juga menjadi refleksi dari visi Telkomsel untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya saing tinggi dan masa depan yang gemilang. Melalui inisiatif seperti ini, kami ingin mendorong semangat kolaboratif dan aksi nyata dari seluruh elemen bangsa untuk menciptakan perubahan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih bermakna," tuturnya.
Selain berkolaborasi dalam GWB, Telkomsel Jaga Bumi juga memberikan edukasi terkait jaga bumi di SMKN 1 Bintan Timur, Kepulauan Riau, dan SMA Katolik Rex Mundi Manado, Sulawesi Utara.
Inisiatif Telkomsel Jaga Bumi sendiri merupakan bagian dari strategi keberlanjutan Telkomsel yang berfokus pada pengelolaan energi, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pengolahan limbah.
Sekaligus menciptakan dampak berkelanjutan dari berbagai inisiatif yang telah diimplementasikan mencakup pemanfaatan limbah simcard menjadi pavement blocks, phone holder, tempat sampah, serta pot tanaman; penanaman mangrove di berbagai wilayah Indonesia; hingga kegiatan edukasi lingkungan bersama komunitas lokal dan pelajar di berbagai daerah.
(sab)