![]() |
Relawan medis RS Kapal Nusa Waluya II saat memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Waigeo Utara, Papua Barat Daya. (Foto: Istimewa) |
WAIGEO, indinews.id - Ombak besar yang mengguncang ruang operasi menjadi tantangan tersendiri bagi Josepha (28), seorang perawat relawan di Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II. Selama lebih dari dua tahun, ia telah mendedikasikan dirinya untuk melayani masyarakat di daerah terpencil, kali ini berlabuh di perairan Waigeo Utara, Papua Barat Daya.
Josepha mengenang saat kapal bergoyang hebat ketika operasi sedang berlangsung.
“Selama pelayanan sekitar tiga minggu, kami sering dihantam ombak. Bagi kami, itu bukan sekadar alun kapal, tapi tantangan nyata saat melakukan tindakan medis,” ujarnya, Jumat (11/7/2025).
Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II merupakan inisiatif kemanusiaan hasil kolaborasi antara PT Pertamina International Shipping (PIS) dan organisasi kemanusiaan doctorSHARE.
Program ini bertujuan menjangkau masyarakat di wilayah terpencil yang sulit mendapatkan akses layanan kesehatan. Kapal tersebut akan beroperasi selama 60 hari sejak 10 Juni 2025 dengan target menjangkau lebih dari 10.000 warga dari tujuh distrik di Papua Barat Daya, tanpa dipungut biaya.
Tak hanya Josepha, kisah menginspirasi juga datang dari Parlin (28), apoteker asal Jember, Jawa Timur, yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah Papua. Meski bukan tenaga medis yang langsung menangani pasien, ia tetap merasa perannya penting.
"Kita harus sabar menjelaskan pengobatan kepada pasien, karena sebagian besar dari mereka kesulitan berbahasa dan memahami prosedur," ungkap Parlin.
Pengabdiannya mendapat balasan yang tak terduga: pasien memberikan buah-buahan sebagai bentuk terima kasih. “Ini apresiasi yang sangat menyentuh, yang tidak saya temukan di kota besar,” ujarnya haru.
Pemberian hasil bumi ini menjadi kebiasaan yang mengakar dalam masyarakat lokal. Meski tidak membayar biaya pengobatan, mereka tetap menunjukkan rasa terima kasih dengan cara sederhana namun bermakna.
Gavriel Gregorio Singgih (26), dokter muda asal Jakarta, juga turut ambil bagian dalam misi ini. Keinginannya menjadi relawan telah tumbuh sejak masa kuliah kedokteran pada 2019.
“Waktu itu saya lihat RS kapal ini bisa menjangkau masyarakat pelosok. Semangat to reach the unreachable itu yang membuat saya akhirnya bergabung,” ujar Gavriel.
Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron, menyatakan bahwa ini adalah kali kedua pihaknya bekerja sama dengan doctorSHARE. Program ini merupakan bagian dari inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan bertajuk BerSEAnergi untuk Laut.
“Setiap orang, di mana pun berada, berhak atas layanan kesehatan yang layak,” katanya.
Baron menambahkan, penguatan akses kesehatan melalui laut menjadi bagian dari komitmen PIS untuk menyalurkan energi kebaikan ke seluruh pelosok negeri.
“Kontribusi kami tidak hanya pada pelayanan logistik, tapi juga pada kehadiran nyata untuk masyarakat,” tegasnya.
Sebanyak 35 tenaga medis relawan bergabung dalam pelayanan RS Kapal Nusa Waluya II, terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat, apoteker, dan bidan.
Di tengah desiran angin laut dan debur ombak yang tak pernah berhenti, mereka belajar satu hal: bahwa pengabdian sejati kadang datang lewat perjalanan yang tidak tenang, namun penuh makna.
(sab)