Notification

×

VIDA Ajak Masyarakat Beralih ke Autentikasi Tanpa Password, Imbas Bocornya 16 Miliar Password Global

29 Juni 2025 | Juni 29, 2025 WIB Last Updated 2025-06-28T18:04:23Z

 

Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, saat memaparkan solusi autentikasi tanpa password dalam upaya meningkatkan keamanan digital di Indonesia (Foto: Istimewa)



JAKARTA, indinews.id - Publik kembali dibuat resah oleh laporan terbaru Cybernews terkait bocornya 16 miliar password di dunia maya. Angka fantastis ini melampaui rekor Compilation of Many Breaches (COMB) yang sebelumnya mencatat 10 miliar kredensial bocor pada Juli 2024. 


Meski tidak sepenuhnya berasal dari insiden baru, fenomena ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan data pribadi di era digital.


Penyedia solusi identitas digital, VIDA, menilai situasi ini sebagai alarm bagi masyarakat dan pelaku industri untuk segera meningkatkan sistem keamanan, termasuk beralih ke metode autentikasi yang lebih aman tanpa bergantung pada password.


"Kredensial adalah lapisan pertama yang harus dilindungi. Sayangnya, masih banyak pengguna yang belum sadar bahwa kebocoran sekecil apa pun bisa membuka celah besar bagi serangan siber yang merugikan, baik secara finansial maupun emosional," ujar Niki Luhur, Founder & Group CEO VIDA, dalam keterangannya, Sabtu (28/6/2025).


VIDA mencatat, 64 persen orang masih menggunakan ulang password di berbagai platform, sementara 80 persen kebocoran data berasal dari password yang lemah, didaur ulang, atau dicuri. 


Mirisnya, kombinasi sederhana seperti "123456" dan "password" masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia pada tahun 2024.


“Password dengan delapan karakter bahkan dapat diretas dalam waktu kurang dari satu detik,” tambah Niki.


Dampak lemahnya perlindungan ini turut tercermin dari melonjaknya kasus penipuan digital. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Indonesia Anti-Scam Center (IASC), dalam periode November 2024 hingga Mei 2025 tercatat 135.397 laporan penipuan digital di sektor keuangan, dengan total kerugian mencapai Rp2,6 triliun.


VIDA mengajak masyarakat mulai beralih ke sistem autentikasi modern yang lebih aman, seperti kombinasi password kuat minimal 24 karakter, penggantian password setiap 90 hari, serta aktivasi autentikasi dua faktor (2FA).


Lebih dari itu, VIDA juga mengembangkan teknologi berbasis biometrik melalui VIDA FaceToken, yang menggabungkan face matching, liveness detection, dan device authentication dalam satu proses seamless tanpa memerlukan password atau kode yang rentan disadap.


FaceToken diklaim lebih aman dari serangan social engineering dan phishing. Keamanan inovasi ini telah teruji dengan sertifikasi iBeta Level 2 untuk liveness detection, menjadikan VIDA sebagai penyedia identitas digital pertama di Indonesia yang meraih pengakuan tersebut.


Selain FaceToken, VIDA juga menghadirkan VIDA PhoneToken, sistem autentikasi berbasis perangkat yang memanfaatkan Public Key Infrastructure (PKI) untuk menjamin keaslian transaksi. Dengan sistem ini, login dan transaksi hanya bisa dilakukan melalui perangkat yang sudah terverifikasi, meminimalisir risiko penyadapan seperti fake BTS atau SIM swap fraud.


“Kombinasi teknologi FaceToken dan PhoneToken menghadirkan perlindungan berlapis. Bahkan jika perangkat hilang atau dicuri, akses tetap memerlukan verifikasi biometrik sehingga data dan transaksi tetap aman,” tegas Niki.


VIDA berkomitmen terus mendorong adopsi sistem autentikasi modern guna membangun ekosistem digital Indonesia yang lebih aman, terpercaya, dan bebas dari ancaman kejahatan siber.


(sab)

CLOSE ADS
CLOSE ADS
close